PENGRAJIN PAKAIAN, PERHIASAN DAN KELENGKAPAN TRADISIONAL.
Tidak berbeda dari jenis-jenis pakaian, yang dikemukakan diatas dan sejalan pula dengan gaya hidup mereka yang sangat sederhana dan primitive, maka dapatlah dikatakan bahwa pengrajin (pembuat) pakaian, perhiasan dan kelengkapan tradisionalnya yang professional dibandingkan dengan saat ini belum ada. Karena pakaian pada saat ini masih sangat sederhana dan diambil dari bahan-bahan yang terdapat disekitar mereka dan oleh mereka sendiri.
BAHAN DAN PROSES PEMBUATANNYA.
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa seirama dengan kesederhanaan mereka dalam berpakaian maka bahan pakaianpun masih sangat sederhana yang diambil dari alam sekitar mereka. Demikianpun cara membuatnya masih sangat primitive dibandingkan dengan jaman jaman berikutnya.
Bahan yang digunakan sebagai bahan pembuat pakaian ketika itu adalah sebagai berikut :
1. Kulit Kayu.
Bahan pakaian yang diambil dari kulit kayu ini diambil dari semacam pohon yang mereka sebut pohon Lahendong dalam bahasa latinnya disebut “ sponia spesies”.
Proses (cara membuatnya) :
Pada mulanya kalit kayu tersebut dikupas dari batangnya, kemudian dipukul-pukul hingga kita memperoleh serat-serat yang dapat dijadikan pakaian dengan membentuknya demikian rupa untuk dapat dipakai menurut kebutuhan. Dapat dipakai oleh wanita maupun pria.
2. Lumut.
Bahan pakaian yang dapat dijadikan pakaian dari lumut ini diambil dari pohon-pohon dihutan sekitar mereka yang biasanya bergantungan diatas-atas pohon.
Proses (cara membuatnya) :
Setelah diambil diatas pohon lumut tersebut dijemur hingga kering. Setelah kering baru dibentuk sesuai keinginan pemakai baik wanita atau pria.
3. Ijuk.
Ijuk adalah sejenis bahan dari tumbuhan yakni dari pohon enau yang dikenal oleh suku bangsa Minahasa sebagai pohon saguer (karena jenis pohon ini adalah tempat mereka menyadap minuman khas Minahasa yang disebut saguer).
Proses (cara membuatnya) :
Sebagaimana diketahui pohon ini memoliki ijuk yang terdiri dari lidinya yang agak kasar dan tajam dan bagian yang halus yang dapat diambil dan dibuat tali.
Sebagai bahan pakaian maka ijuk yang diambil ini dipisahkan dari lidinya, karena yang dijadikan pakaian adalah bagian yang halus. Sedangkan bagian yang kasar (Berupa lidi) dibuang. Hasil inipun dapat dijadikan sebagai pakaian untuk pria dan wanita.
4. Daun Woka (sejenis palm).
Jenis bahan lain yang dapat dijadikan pakaian, adalah sejenis pohon berdaun lebar, sehingga daunya dapat langsung dipakai. Jenis daun ini tidak terlalu panjang proses pembuatannya sehingga dapat langsung dipakai. Kecuali untuk pakaian wanita selain dapat langsung dipakai, dapat juga menganyamnya lebih dahulu baru dapat dijadikan pakaian.
RAGAM HIAS DAN ARTI SIMBOLIK PAKAIAN, PERHIASAN DAN KELENGKAPAN TRADISIONAL.
Seperti telah dikemukakan pada bagian lain dari tulisan ini bahwa suku bangsa minahasa pada saat itu masih sangat sederhana dalam berpakaian,baik dilihat dari bahan dan cara membuatnya,maka ragam hias dan arti simbolik bagi mereka,pada dasarnya belum dikenal.Ragam hias dikenal nanti pada kira-kira tahun 1300’Masehi.
FUNGSI PAKAIAN, PERHIASAN, DAN KELENGKAPAN TRADISIONAL.
Walaupun suku bangsa Minahasa pada waktu itu masih sangat primitive dalam hal berpakaian,mereka sudah menyadari akan fungsi pakaian sebagai pelindung badan atau tubuh dari gigitan binatang,melindungi badan dari keadaan udara dingin maupun panasari dan lebih dari pada itu adalah untuk menutupi bagian tubuh yang vital.
Mengenai fungsi perhiasan dan kelengkapan tradisionalnya,sama halnya dengan ragam hias dapat dikatakan tidak ada data yang dapat memberikan keterangan dari informan maupun dari kepustakaan yang ada.
0 komentar:
Posting Komentar