Seperti telah dijelaskan dalam bagian lain dari tulisan ini, maka jelaslah dalam jaman minaesa ini, sudah ada Tonaas-Tonaas yang telah memiliki keahlian-keahlian spesialisasi seperti Tonaas Maulang dengan keahlian pemintalan benang dari serat kayu, kemudian lebih meningkat dengan adanya keahlian menenun serat dan membuat kain oleh Tonaas Tombarian ; maka dengan itu pakaian, perhiasan, dan kelengkapaanya mengalami perkembangan yang pesat. Sebagai hasil pengrajin suku Minahasa disebut kain Bentenan, (Bentenan adalah nama sebuah tempat yang terdapat disebelah timur Minahasa sekarang masuk wilayah kecamatan Belang)
Dalam buku “DECORATIVE ART IN INDONESIAN TEKSTILES” hasil karya dari LANGEWIS dan FRITS WAGNER dijelaskan bahwa teknik menenun kain bentenan adalah termasuk dalam golongan tenunan ikat. Motif hiasan pada kain dibuat berdiri dalam deretan memanjang, sehingga bila kain direntangkan memanjang akan Nampak gambar manusia dalam posisi berdiri. Walaupun tak ada penjelasan tentang motif ini, tetapi sesuai penjelasan berbunyi : “Saya memberanika diri untuk memberi pendapat, bahwa motif manusia itu adalah seorang wanita karena ada dua titik yang menyerupai buah dada pada motif manusia tersebut dan dikepalanya ada kembang goyang, dengan telinga yang tak berbentuk setengah lingkaran, tetapi mencuat kesamping, seolah-olah ingin menggambarkan anting-anting yang disebut INTOI PATOLA.
Kembang goyang disebut Ginerungan. Gerung = kembang. Kain tenunan ini sudah hilang sama sekali, kecuali tinggal sebagai bahan studi perbandingan untuk usaha modernisasi pakaian Minahasa
0 komentar:
Posting Komentar