Pakaian Minahasa


PAKAIAN, PERHIASAN DAN KELENGKAPAN TRADISIONAL
         
        A. Minahasa
Perkembangan Pakaian Adat Tradisional Suku Bangsa Minahasa Tahun 650-1000 Masehi.

Ditinjau dari stratifikasi social, suku bangsa Minahasa pada dasarnya tidak mengenal tingkatan social dalam masyarakat, sehingga jenis-jenis pakaian menurut tingkatan social tidak ada. Struktur kehidupan masyarakat suku bangsa Minahasa, dikenal sebagai struktur masyarakat demokratis religious, karena tidak mengenal adanya raja. Hal ini dilaporkan oleh dua orang Padre Katolik berbangsa Spanyol yang pernah menyelidiki tanah Minahasa dalam abad yang ke enam belas sebagai berikut :

- Surat laporan dari Padri Blas Palomino, Manado 8 Juni 1619 :
“Het bestuur is er gemeenschappelyk want ofschoon zy data an enige hebben te vertrouwd, toch gehoorzamen zy niet wanneer het hun niet bevalt”.
Artinya : pemerintahan ada dan dijalankan secara bersama-sama meskipun itu telah dipercayakan kepada beberapa orang namun mereka tidak akan menurut jika tidak sesuai dengan keinginan mereka.
- Surat laporan dari Padri Juan Tronto, Manila 4 Agustus 1645 :
“zy hebben noch koning, noch heer, een ieder was heer in zyn eigen huis volgde zyn eigen wil”
Artinya : mereka tak punya raja atau dipertuan, setiap orang adalah tuan dirumahnya sendiri, mereka merelahkan diri untuk diperintah, tetapi tidak dalam semua hal.
Menyimak akan hal-hal yang telah disebutkan diatas maka lebih jelas bahwa stratifikasi social atau penggolongan masyarakat menurut martabat atau keturunan ningrat dalam masyarakat suku bangsa Minahasa tidak ada, kecuali berdasarkan kemampuan material yang dapat dijangkau oleh seseorang atau keluarganya. Karena itu maka tak ada perbedaan pakaian adat tradisional pada dasarnya untuk semua orang sama, kalau ada beda hanyalah terletak pada kemampuan dan cara seseorang untuk memilih bahan pakaiannya ataupun perhiasan dan kelengkapan lainnya.

1. JENIS PAKAIAN, PERHIASAN DAN KELENGKAPANNYA.

Asal mula dari pakaian adat Minahasa adalah seumur dengan nenek moyang suku Minahasa itu sendiri yang diduga datang dari benua asia yaitu dari suku Mongol. Mereka datang secara berbondong bonding dan secara bergelombang ke Indonesia khuauany kedataran Minahasa yang dimulai dengan Toar Lumimuut, sebagai leluhur bangsa Minahasa. Hal mana ditandai dengan monument Watu Pinawetengan yang menurut Riedel dan Graffland didirikan pada sekitar tahun 600-1000 M di jaman Megalitikum (kebudayaan batu besar).
Dari sinilah munciul kebudayaan berpakaian dari suku bangsa Minahasa, walaupun pada mulanya sangat sederhana dan sangat minim. Jenis jenis pakaian pada saat itu :

1.1 Jenis Pakaian Sehari-hari.
Pakaian Wanita.
a. Pakaian untuk badan bagian atas.
Sebagai penutup badan untuk bagian atas, mereka memakai semacamgaun atau blus, yang mereka sebut Pasolongan Rinegetan. “Pasolongan Rinegetan adalah tenunan kain sarung dengan ragam hias ikat lungsi hitam, coklat, biru dan putih. Membentuk ragam hias geometris bintang, kait yang terletak pada jalur-jalur besar dan kecil, pinggir kain diberi genta-genta kecil” berasal dari Minahasa. (Direktorat Permuseuman, Direktorat jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Brosur Pameran Keliling Seni Tenun Nusantara di Manado Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Utara cq. Bidang PSK, Manado, 1980 hal.12). Modelnya lurus kebawah dengan leher berbentuk segi tiga dan tidak memakai lengan. (lihat gambar 1).
b. Pakaian untuk penutup badan bagian bawah.
Tidak berbeda dengan pakaian bagian atas badan, pakaian inipun sangat sederhana, yaitu berupa rok yang lurus dari pinggul, panjangnya sampai dibetis (bandingkan dengan kain sarung. Untuk memakainya mereka memakai akat pinggang atau ban dipinggang. (lihat gambar 2)

Pakaian Pria.
a. Pakaian untuk badan bagian atas.
Seirama deengan cara hidup mereka yang masih sangat sederhana, maka badan pria bagian atas masih belum tertutup atau dengan kata lain ditinggalkan terbuka.
b. Pakaian untuk penutup badan bagian bawah.
Untuk menutupi badan bagian bawah mereka memakai semacam cidako dan sangat sederhana. Bila mereka bepergian keluar rumah, mereka melengkapinya dengan pisau yang disebut piso = pa’I = pahagi.

Pakaian Untuk Remaja/ Anak.
Untuk hal ini dapat dikatakan belum ada perbedaan dan pada dasarnya sama untuk smua umur.
1.2. Pakaian Upacara.
Yang dimaksud dengan pakaian upacara dalam jaman ini adalah untuk upacara-upacara yang menjurus kepada pelaksanaan adat dan masih bersifat animism. Dan dapat dikatakan belum ada perbedaan yang menyolok antara pakaian sehari-hari dengan pakaian upacara tersebut.
1.3. Pakaian Penari.
Sama halnya dengan pakaian upacara maka pakaian inipun belum ada data yang jelas dari bentuk atau modelnya pada jaman ini.   (bersambung)..


0 komentar:

Posting Komentar